FGD Penyempurnaan Draft Modul Pembelajaran Arab Melayu
Sambas (Kemenag Kalbar)---Kepala KUA revitalisasi Kecamatan Teluk Keramat Ahadi tergabung dalam Focus Group Discussion atau Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) penyempurnaan draft modul pembelajaran Arab Melayu diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sambas Jum'at 24/10/2025 pukul 08.00 Wiba di ruang rapat lantai 2 Dinas Dikbud Sambas.
Tim FGD terdiri dari DR. Pangeran Ratu Muhammad Tarhan, Sekretaris, Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Bidang PAUD dan PNF, Kepala Bidang Pembinaan SD, Kepala Bidang Pembinaan SMP, Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan, H. Badran Hambi, H. Ir. Hasanusi, MM, Ustd. Isrori Labib, H. Misni Safari, ME, DR. Muriadi, DR. Mursidin, DR. Jaelani, Sulaiman Rusdi, H. Daeng Abu Bakar, Asmu'i Fauzi, Hakimin, Ahadi, Dedi S, Ahmad Rahtomi, M.Pd, Suadeoni, S.Pd.I.
"Sambas sudah punya sekolah sulthoniyah, kegiatan pembelajaran Arab Melayu dimasukkan dalam ekstrakurikuler ditambahkan 1 jam untuk mengaji Al-Qur'an, hampir 1000 Lembaga pendidikan umum dari dasar sampai menengah, wajib tahu baca Al-Qur'an untuk menanamkan nilai-nilai ajaran agama", imbuh Kadis Dikbud Sambas.
Ditegaskan Kadis Dikbud Sambas Arsyad "Pendidikan itu lebih utama, budaya jangan tergeser oleh zaman, kenali gurumu baru kamu kenal Tuhanmu, merupakan ungkapan yang sangat populer di kalangan masyarakat Muslim, terutama dalam tradisi pesantren dan tasawuf", imbuhnya.
"Seni budaya lokal seperti permainan tradisional dan tarian perlu ditumbuh kembangkan kembali, ditekan Kadis bahwa saya tidak siapa-siapa tapi akan menjadikan siapa-siapa, bimtek guru agama akan kita tindaklanjuti", pungkas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sambas Arsyad.
Arab Melayu adalah sistem tulisan yang menggunakan aksara Arab untuk menuliskan bahasa Melayu dengan beberapa modifikasi dan penyesuaian. Tulisan ini, juga dikenal sebagai Jawi, berkembang seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara dan menjadi penting dalam penyebaran ajaran Islam serta budaya Melayu, serta karya-karya sastra dan naskah kuno.
Dipaparkan Narasumber Erwin Dosen IAIN Pontianak, karakteristik utama, Aksara Arab yang dimodifikasi,
menggunakan huruf-huruf Hijaiyah (huruf Arab) asli, tetapi ditambahkan beberapa huruf khusus untuk mewakili bunyi dalam bahasa Melayu yang tidak ada dalam bahasa Arab, seperti pa (ڤ), nga (ڠ), ga (ڬ), cha (چ), dan va (ۏ)', pungkasnya.
Penulisan "gundul": Aksara ini ditulis secara "gundul" atau tanpa harakat (seperti fathah, kasrah, dhommah), namun tetap mengacu pada kaidah tertentu.
Evolusi: Berkembang dari abad ke-7 hingga ke-13 Masehi seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara, terutama di kerajaan seperti Samudera Pasai. Penggunaan Arab Melayu digunakan untuk menuliskan berbagai teks, mulai dari kitab suci, karya sastra, surat-menyurat, hingga dokumen resmi di berbagai wilayah Melayu seperti Malaysia, Brunei, Singapura, dan Indonesia (terutama di Sumatera dan Jambi).
"Penamaan lain Arab Melayu di beberapa daerah, tulisan ini dikenal dengan nama lain, seperti Jawi di Malaysia dan Brunei, atau Arab Pegon di Jawa. Kondisi saat ini penggunaan Arab Melayu telah berkurang di kalangan generasi muda akibat pengaruh dominan aksara Latin. Upaya pelestarian terus dilakukan melalui pendidikan dan penguatan literasi budaya untuk menjaga warisan ini tidak hilang", ungkap Dosen IAIN Pontianak Erwin.(AHD)
0 Response to "FGD Penyempurnaan Draft Modul Pembelajaran Arab Melayu"
Posting Komentar